Wisata Alam
Senin, 28 Oktober 2013
Rabu, 23 Oktober 2013
Jogjakarta - Candi Prambanan
Prambanan, Candi Hindu Tercantik di Dunia
Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang
dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai
Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah
memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi
ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini
dibangun taman indah.
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa
tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro
Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi
dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum
Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk
suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian
mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama,
yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang
Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap
candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu
Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu,
masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara,
halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya
paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca
Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri
Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang
disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di
atas.
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa,
anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga
Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan
menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi
pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi
Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang
bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang
bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip
elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu
(berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam
mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa
menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat)
dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).
Jogjakarta - Taman Sari
TAMAN
SARI
Istana Air Penuh Keindahan dan Rahasia
Istana Air Penuh Keindahan dan Rahasia
Masa setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran
Mangkubumi membangun keraton sebagai pusat pemerintahan Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan
Hamengku Buwono I membangun keraton di tengah sumbu imajiner yang membentang di
antara Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis. Titik yang menjadi acuan
pembangunan keraton adalah sebuah umbul (mata air). Untuk menghormati
jasa istri-istri Sultan karena telah membantu selama masa peperangan, beliau
memerintahkan Demak Tegis seorang arsitek berkebangsaan Portugis dan Bupati
Madiun sebagai mandor untuk membangun sebuah istana di umbul yang
terletak 500 meter selatan keraton. Istana yang dikelilingi segaran
(danau buatan) dengan wewangian dari bunga-bunga yang sengaja ditanam di pulau
buatan di sekitarnya itu sekarang dikenal dengan nama Taman Sari.
"Dari atas Gapura Panggung ini Sultan
biasa menyaksikan tari-tarian di bawah sana. Bangunan-bangunan di sampingnya
merupakan tempat para penabuh dan di tengah-tengah biasa didirikan panggung
tempat para penari menunjukkan kepiawaian dan keluwesan mereka," terang
seorang pemandu ketika YogYES memasuki Taman Sari. Dari Gapura Panggung,
pemandu membawa YogYES masuk ke area yang dulunya hanya diperbolehkan untuk
Sultan dan keluarganya, kolam pemandian Taman Sari. Gemericik air langsung
menyapa. Airnya yang jernih berpadu apik dengan tembok-tembok krem gagah yang
mengitarinya. Kolam pemandian di area ini dibagi menjadi tiga yaitu Umbul Kawitan
(kolam untuk putra-putri Raja), Umbul Pamuncar (kolam untuk para selir), dan
Umbul Panguras (kolam untuk Raja).
Sebuah periuk tempat
istri-istri Sultan bercermin masih utuh berdiri ketika YogYES memasuki menara
tempat pribadi Sultan. Ornamen yang menghiasi periuk memberi kesan glamor
terhadap benda yang terletak di samping lemari pakaian Sultan tersebut. Bisa
dibayangkan, 200 tahun lalu seorang wanita cantik menunggu air di periuk ini
hingga tenang lalu dia menundukkan kepalanya, memperbaiki riasan dan sanggulnya,
memperindah raganya sembari bercermin. Selain periuk dan kamar pribadi Sultan,
di menara yang terdiri dari tiga tingkat ini ada tangga dari kayu jati yang
masih utuh terawat sehingga memberi kesan antik bagi siapa pun yang melihatnya.
Naik ke tingkat paling atas, pantulan mentari dari kolam di bawahnya dan
seluruh area Taman Sari terlihat dengan jelas. Mungkin dahulu Sultan juga
menikmati pemandangan dari atas sini, pemandangan Taman Sari yang masih lengkap
dengan danau buatannya dan bunga-bunga yang semerbak mewangi.
Selepas menikmati pemandangan
dari atas menara, pemandu lalu membawa YogYES menuju Gapura Agung, tempat
kedatangan kereta kencana yang biasa dinaiki Sultan dan keluarganya. Gapura
yang dominan dengan ornamen bunga dan sayap burung ini menjadi pintu masuk bagi
keluarga Sultan yang hendak memasuki Taman Sari. Pesanggrahan tepat di selatan
Taman Sari menjadi tujuan berikutnya. Sebelum berperang, Sultan akan bersemedi
di tempat ini. Suasana senyap dan hening langsung terasa ketika YogYES masuk.
Di sini, Sultan pastilah memikirkan berbagai cara negosiasi dan strategi perang
supaya kedaulatan Keraton Yogyakarta tetap terjaga. Areal ini juga menjadi
tempat penyimpanan senjata-senjata, baju perang, dan tempat penyucian
keris-keris jaman dahulu. Pelatarannya biasa digunakan para prajurit berlatih
pedang.
YogYES pun berpisah dengan
pemandu di depan Gapura Agung. Namun, ini bukan berarti perjalanan terhenti
karena masih ada beberapa tempat yang harus disinggahi seperti Sumur Gumuling
dan Gedung Kenongo. Untuk menuju tempat tersebut, Anda harus melewati Tajug,
lorong yang menghubungkan Taman Sari dengan keraton dan juga Pulo Kenongo.
Lorong bawah tanah yang lebar ini memang untuk berjaga-jaga apabila keraton
dalam keadaan genting. Ruang rahasia banyak tersembunyi di tempat ini. Keluar
dari Tajug, Anda akan melihat bekas dari Pulo Kenongo yang dulunya banyak
ditumbuhi bunga kenanga yang menyedapkan Taman Sari. YogYES pun menuju Sumur
Gumuling, masjid bawah tanah tempat peribadatan raja dan keluarga. Bangunan dua
tingkat yang didesain memiliki sisi akustik yang baik. Jadi, pada zaman dahulu,
ketika imam mempimpin shalat, suara imam dapat terdengar dengan baik ke segala
penjuru. Sekarang pun, hal itu masih dapat dirasakan. Suara percakapan dari
orang-orang yang ada jauh dari kita terasa seperti mereka sedang berada di
samping kita. Selain itu, Untuk menuju ke pusat masjid ini, lagi-lagi harus
melewati lorong-lorong yang gelap. Sesampainya di tengah masjid yang berupa
tempat berbentuk persegi dengan 5 anak tangga di sekelilingnya, keagungan
semakin terasa. Ketika menengadahkan kepala terlihat langit biru. Suara burung
yang terdengar dari permukiman penduduk di area Taman Sari semakin menambah
tenteram suasana.
Persinggahan terakhir adalah
Gedung Kenongo. Gedung yang dulunya digunakan sebagai tempat raja bersantap ini
merupakan gedung tertinggi se-Taman Sari. Di tempat ini Anda dapat menikmati
golden sunset yang mempesona. Keseluruhan Taman Sari pun bisa dilihat dari
sini, seperti Masjid Soko Guru di sebelah timur dan ventilasi-ventilasi dari
Tajug. Puas dengan kesegaran air dari Taman Sari, langit akan menyapa.
Pemandangan yang indah sekaligus mempesona ditawarkan Taman Sari. Pesona air
yang apik berpadu dengan tembok-tembok bergaya campuran Eropa, Hindu, Jawa, dan
China menjadi nilai yang membuat Taman Sari tak akan terlupakan.
Jogjakarta - Goa Pindul
Gua
Pindul memiliki panjang sekitar 350 m, lebar hingga 5 m, jarak permukaan air
dengan atap gua 4 m, dan kedalaman air sekitar 5-12 m. Goa ini memiliki 3 zona.
zona terang, zona remang, dan zona gelap. waktu tempuh sekitar 45 menit.
Cavetubing
hampir sama dengan rafting. Jika rafting (arung jeram) adalah kegiatan
menyusuri aliran sungai dengan menggunakan perahu, maka cavetubing adalah
kegiatan menyusuri gua menggunakan ban dalam. Karena aliran air di Gua Pindul
ini tenang maka melakukan cavetubing di Gua Pindul ini juga bisa dilakukan oleh
pemula maupun anak kecil bahkan wanita hamil pernah.
Ditengah
Gua, ada sebuah ruangan yang agak besar, dengan lubang diatasnya yang warga
setempat menyebut sumur terbalik, sinar matahari yang masuk melalui lubang ini
membuat suasana semakin indah. Lubang diatas gua inilah dimana seringkali
digunakan sebagai jalan masuk vertikal oleh anggota TIM SAR atau latihan.
Saat
anda melakukan susur gua di Gua Pindul ini, anda akan menemukan sebuah
stalagtit yang sudah menyatu dengan stalagmit sehingga tampak seperti sebuah
pilar dengan ukuran lebar lima rentangan tangan orang dewasa(Soko Guru).
Stalaktit
ini merupakan terbesar di Goa Pindul dan mempunyai peringkat no 4 di dunia.
Stalagtit putting yg masih aktif siap menanti anda dengan tetesan airnya yang
konon bisa bikin cantik n’ awet muda, bagi yg lelaki untuk menambah vitalitas
telah ditunggu stalagtit jantan, anda cukup memegang aja udah terasa
bedannya…tenane’ lek…. Bagi adik-adik di zona terang bisa berenang, lompat indah
sambil lihat ikan cukup besar yg memamerkan keindahan tubuhnya.Ada juga
Stalagmit dan stalagtit yang menyatu, menjadi yang terbesar ke-4 di dunia,
butuh 5 orang untuk melingkarinya, bahkan celahnya hanya cukup dilewati satu
orang saja. Besar ditengah-tengah Goa yang katanya sebagai tiang Goa.Keindahan
semakin lengkap dengan adanya ornamen disepanjang dinding Goa seperti mahakarya
lukisan abstrak yang tak ternilai. Mata kristal Kelelawar bergelantungan
menghiasi lorong goa. Terdapat tirai juga yang tersusun dari tetesan air
didinding Goa.
Jogjakarta - Pantai Parang Tritis
Pantai Parangtritis terletak 27 km selatan Kota Jogja dan
mudah dicapai dengan transportasi umum yang beroperasi hingga pk 17.00 maupun
kendaraan pribadi. Sore menjelang matahari terbenam adalah saat terbaik untuk
mengunjungi pantai paling terkenal di Yogyakarta ini. Namun bila Anda tiba
lebih cepat, tak ada salahnya untuk naik ke Tebing Gembirawati di belakang
pantai ini. Dari sana kita bisa melihat seluruh area Pantai Parangtritis, laut
selatan, hingga ke batas cakrawala.
Parangtritis adalah sebuah pantai yang landai dan mempesona
dikombinasikan dengan bukit berbatu, bukit pasir, dengan pasir berwarna hitam.
Pantai Parangtritis yang cantik memiliki banyak fenomena yang menarik, baik
pemandangan alamnya maupun kisah supranaturalnya. Ombak Parangtritis selalu
membawa kayu dan bambu menuju darat yang mungkin berasal dari pantai lain di
dekatnya. Beberapa kayu diambil dan dibawa oleh penduduk setempat untuk
kemudian digunakan di rumah mereka sendiri. Pantai Parangtritis juga merupakan
sebuah kawasan wisata yang sempurna untuk menikmati matahari tenggelam (sunset)
yang sangat romantis.
Komplek yang termasuk kawasan wisata Pantai Parangtritis
meliputi: Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Dataran
Tinggi Gembirowati, Petilasan Parangkusumo, Pemandian Parangwedang, Makam Syeh
Maulana Magribi, Makam Syeh Bela Belu, Makam Ki Ageng Selohening, Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Depok, dan Gumuk Pasir (barchan). Di Parangkusumo
terdapat kolam permandian air panas (belerang) yang diyakini dapat menyembuhkan
berbagai penyakit dalam. Kolam ini diketemukan dan dipelihara oleh Sultan
Hamengku Buwono VII. Adanya komplek kerajinan kerang, hotel bertaraf
Internasional (Queen of South), serta penyewaan paralayang, dokar wisata, kuda,
dan motor ATV (All-terrain Vechile), juga para penjual jagung bakar dan
jajanan-jajanan tradisional lainnya di Parangtritis ikut menyemarakkan
pariwisata di wilayah ini.
Anda juga dapat sedikit naik ke bukit kecil yang berada di
sisi utara Pantai Parangtritis. Di sana banyak tersedia warung-warung kecil
yang menawarkan pemandangan pantai yang menakjubkan dari atas bukit. Sambil
menikmati sebutir kelapa muda dan jajanan ringan khas, Anda dapat merasakan
angin pantai yang kencang berhembus sambil menyaksikan pemandangan sepanjang
garis Pantai Parangtritis yang terlihat semua dari atas bukit tersebut. Jika
Anda menginginkan medan yang lebih menantang, Anda bisa juga mengungjungi Bukit
Parangndog, yang terletak di sebelah timur Pantai Parangtritis, pada perbatasan
antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Di Bukit Parangndog ini,
terdapat sebuah tempat yang dikhususkan untuk olahraga paralayang dan gantole.
Untuk mencapai kawasan tersebut medannya cukup berat dan menantang, namun sesampainya
di atas, semua akan terbayar lunas dengan pemandangan samudera luas tanpa batas
dan tak terhalang apapun, cocok sebagai tempat untuk menanti matahari
tenggelam. Selain itu, Anda juga akan disambut oleh warung sederhana dengan
sapaan Ibu penunggunya yang ramah. Di situ juga merupakan tempat parkir motor
dan mobil. Dengan berjalan kaki naik ke atas diantara bebatuan kapur, Anda akan
mencapai tempat yang digunakan untuk take off gantole.
Langganan:
Postingan (Atom)